Pandemi virus corona (Covid-19) saat ini telah menjadi sumber kecemasan dunia termasuk juga Indonesia. Akibatnya, kebiasaan dan kegiatan sehari-hari masyarakat menjadi berubah.  Himbauan untu menjaga jarak aman (physical distancing), tetap di rumah (kebijakan belajar di rumah dan belajar di rumah) dilakukan oleh pemerintah untuk menekan penyebaran virus yang sangat cepat.  Banyak pelaku bisnis merasakan dampaknya: pengurangan tunjangan, gaji bahkan sampai PHK karena penutupan berbagai bentuk usaha bisnis yang akhirnya menimbulkan berbagai persoalan baru di masyarakat.

Pendapatan yang berkurang bahkan hilangnya pendapatan, harga beberapa jenis barang yang melambung tinggi seperti masker, vitamin, hand sanitizer, bawang Bombay, menyebabkan kita harus mulai mengatur kembali kondisi keuangan keluarga. Kaprodi Manajemen Unika Atma Jaya Dr.Christiana Fara Dharmastuti membagikan pandanganya untuk membantu kita menglola keuangan.  Berikut adalah saran beliau:

1.   Jangan Panik
Pasar keuangan yang menurun seringkali menimbulkan reaksi berlebihan seperti menarik investasi, mencairkan deposito, dan menjual saham. Dana investasi adalah dana yang tidak diperlukan dalam waktu dekat. Sehingga, jika tidak mendesak lebih baik dipertahankan. Pembelian barang dalam jumlah berlebihan (panic buying), seringkali dilakukan di keadaan tidak mendesak dan bahkan menyebabkan harga barang menjadi lebih mahal. Dengan panic buying, dana kas yang sebetulnya dapat digunakan untuk cadangan dalam masa sulit menjadi terpakai atau bahkan menimbulkan tagihan di kartu kredit.

2.    Dana Cadangan
Kondisi seperti saat ini merupakan saat yang tepat untuk melihat apakah kita memiliki dana darurat (dana cadangan), dan dimana dana tersebut kita simpan. Meskipun kita tidak mengharapkan bahwa dana itu akan digunakan, namun ada baiknya kita memiliki uang tunai yang cukup untuk cadangan biaya hidup beberapa bulan kedepan.

3.   Revisi Anggaran rumah tangga
Anggaran rumah tangga perlu dievaluasi kembali, dengan memperhatikan dan mengalihkan pengeluaran-pengeluaran yang biasanya terjadi. Anggaran utama difokuskan pada pengeluaran kebutuhan sehari-hari, sedangkan pengeluaran untuk makan keluar, hiburan, bersosialisasi dan transportasi dapat dialihkan ke dana cadangan atau investasi. Saat ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk mulai berhemat, meningkatkan dana cadangan serta mengevaluasi antara kebutuhan dan keinginan.

Dengan adanya kebijakan untuk tetap tinggal di rumah, metode berbelanja online baik digunakan untuk menghindari kontak langsung di pasar dan toko. Namun seringkali mendorong untuk berbelanja  barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Oleh karena itu, kita perlu disiplin menentukan barang yang kita butuhkan. Dengan demikian dapat mengurangi kemungkinan kekurangan dana maupun penggunaan utang.

4.   Bijak terhadap pinjaman
Pinjaman yang sudah terjadi perlu dikaji, bagaimana pembayaran dan bunganya. Jika dirasakan sulit maka perlu upaya; misalnya memohon untuk penghapusan biaya bunga atau penundaan angsuran. Pengajuan pinjaman perlu dipertimbangkan secara matang. Hindari menggunakan pinjaman melalui kartu kredit maupun dari lembaga lain yang memberikan pinjaman dengan bunga kredit tinggi atau perhitungan bunga harian.

Sebentar lagi saudara-saudara kita juga akan memasuki masa bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Lebaran.  Di masa seperti ini tentunya banyak hal juga disesuaikan, apalagi kemungkinan mendapatkan bonus dan tunjangan hari raya (THR) semakin kecil.  Walaupun berat tapi memang perlu dilakukan perubahan rencana keuangan.  Kebijakan untuk tetap tinggal dirumah dapat dimanfaatkan dan diambil sisi positifnya, yaitu untuk menghemat beberapa hal seperti; pengeluaran untuk mudik, membeli makana dan minuman untuk menjamu tamu, pembelian pakaian baru, maupun wisata keluarga. Penghematan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagi dengan sesama yang lebih membutuhkan atau menambah dana cadangan darurat.

“ Yang penting adalah menghindari rasa panik dan tetap berpikir rasional.  Rasa panik dapat mendorong untuk berpikir irasional, yang akan menyebabkan pengambilan keputusan keuangan yang buruk” ujar Bu Fara dalam menutup wawancaranya.