Unika Soegijapranata Launching Unit Pelayanan Mahasiswa ‘Student Care’

Unika Soegijapranata dengan tagline ‘Talenta pro Patria et Humanitate’ serta konsep yang diusung Rektor Unika Soegijapranata ‘Inflamere Humanitatem’, mencoba merespon berbagai hal terkait hak mahasiswa supaya mendapatkan suasana yang sejuk, aman, nyaman dan joyful dalam studinya, melalui wadah pendampingan mahasiswa selama studi yaitu Student Care.

Dan pada hari Selasa (11/1) melalui ruang virtual Unika dan dibagikan melalui platform zoom dan channel You Tube oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Kemahasiswaan dan Alumni Unika Soegijapranata Dr Berta Bekti Retnawati SE MSi, telah melaunching fasilitas Student Care di kampus Unika Soegijapranata.

Acara launching ditandai dengan diselenggarakannya acara talkshow yang dilaksanakan dalam dua sesi. Talkshow sesi pertama membahas topik ‘SPEAK UP: Menghadapi Kekerasan Seksual dan Bullying’ dengan menghadirkan dua narasumber yang berkompeten di bidangnya yaitu Kuriake Kharismawan SPsi  MSi dan Dr Christine Wibowo MSi.

Sedang talkshow sesi kedua diisi dengan ‘Ngobras Dodik atau Ngobrol Bersama Dosen dan Tendik’ beserta tema yang dibahas adalah ‘Kekerasan Seksual: Tantangan Kita Bersama‘, menghadirkan para narasumber yaitu Agnes Arrie Mientarry SE MSi Akt BKP CA, Rika Saraswati SH CN MHum PhD, Dr A Rachmad Djati Winarno MS, dan Rektor Unika Soegijapranata Dr Ferdinandus Hindiarto MSi yang meneguhkan tersedianya wadah Student Care bagi mahasiswa melalui kebijakan kampus Unika Soegijapranata.

Dalam sambutannya saat melaunching, Dr Berta Bekti Retnawati memberikan apresiasi kepada para dosen yang dengan sukarela meluangkan waktunya untuk mendampingi para mahasiswa melalui wadah ‘Student Care’.

“Dalam Tri Dharma perguruan tinggi terdapat hakekat universitas sebagai rumah belajar yang tidak lekang oleh waktu. Rumah belajar tersebut diharapkan dapat menentramkan dan menumbuhnya atmosfir yang mendukung tercapainya Tri Dharma yang berkualitas,” terang Dr Berta.

Unika Soegijapranata dengan dokumen gereja ‘Ex Corde Ecclesiae’  harus menghadirkan lingkungan kampus yang menebarkan kebaikan, dengan menghormati martabat dan keunikan pribadi yang ada di dalamnya. Dan pembentukan Student Care ini adalah salah satu cara menghayati peran universitas dalam melindungi, menjaga, menghormati hak-hak individu seluruh civitas, serta menghidupi rumah belajar yang nyaman bagi semuanya.

Saya apresiasi para Dosen yang menjadi tim hebat sekaligus sukarelawan yang memiliki hati yang luas, cinta yang besar dan kasih yang sungguh nyata untuk mempersiapkan ‘Rumah Unika’ yang nyaman, dan kepada mereka saya titipkan ‘Rumah Unika’ yang diwujudkan dalam bentuk ‘Student Care’, ucapnya.

Sedang Koordinator Student Care Unika Soegijapranata Cicilia Tanti Utami SPsi MA dalam penjelasannya mengemukakan pentingnya wadah student care bagi kelancaran studi mahasiswa.

Student Care adalah adalah unit pelayanan bagi mahasiswa  di bidang preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Bentuk layanan Student Care berupa  promosi, psikoedukasi, konseling, dan pendampingan kepada mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata yang mengalami kesulitan di bidang non akademik yang berdampak pada bidang akademik maupun kehidupan mahasiswa tersebut secara umum,” paparnya.

Lebih lanjut Cicilia menambahkan, pembentukan Student Care adalah upaya perlindungan dan bantuan bagi mahasiswa, untuk menjamin terpenuhinya hak mahasiswa dan bentuk penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Adapun ruang lingkup Student Care adalah (1) mempromosikan kesehatan mental, perilaku bebas NAPZA, dan bebas kekerasan di lingkungan kampus, (2) mencegah segala bentuk kekerasan di lingkungan kampus, dan (3) mendampingi, melindungi, dan memulihkan mahasiswa yang membutuhkan bantuan psikologis dan hukum.

“Dalam pelayanan ini, Student Care menyediakan hotline atau email yang dapat dihubungi apabila mahasiswa membutuhkan layanan konseling atau pendampingan tanpa dipungut biaya. Hotline Student Care 082135163879, alamat email : studentcare@unika.ac.id,” pungkasnya. (FAS)

Sumber: https://lldikti6.kemdikbud.go.id/2022/01/14/unika-soegijapranata-launching-unit-pelayanan-mahasiswa-student-care/

Read More

KOLOKIUM AKSI-REFLEKSI EKOLOGI PERGURUAN TINGGI APTIK

Setelah Paus Fransiskus menerbitkan ensklik Laudato Si 18 Juni 2015, banyak langkah telah diambil untuk mengembangkan aksi-aksi bernuasa ekologis. Beberapa perguruan tinggi Katolik dunia mengambil bagian dalam rangka memelihara bumi sebagai rumah bersama. Pendidikan dan penelitian di perguruan tinggi mereka kerap diikuti dengan aksi-aksi nyata seperti menanam pohon dalam lingkungan perguruan tinggi, menghindari penggunaan plastik, menyediakan sebagian tanah untuk air resapan, membuat reservoir air hujan, mengadakan aksi hemat air dan listrik, mengurangi penggunaan kertas, dan masih banyak kegiatan konkret.

Apa yang diserukan oleh Paus Fransiskus tentang action plan ekologi mendapat respons beberapa perguruan tinggi Katolik di Indonesia. Beberapa PT APTIK memiliki aksi-aksi nyata untuk memelihara bumi dan isinya sebagai rumah bersama. Dalam semangat Laudato Si, aksi-aksi PT APTIK tersebut tentu saja mengandung banyak aspek yang perlu direfleksikan baik dari segi teknik maupun dari segi sosial, budaya, pendidikan, dan spiritualitas pengembangan lingkungan. Dalam bahasa Laudato Si, bukan mustahil apa pun aksi-aksi yang diambil oleh PT APTIK merupakan salah satu cara mengambil bagian dari pengembangan ekologis integral.

Dengan dasar pemikiran ini, Gugus Tugas Kajian dan Pengembangan Ekologi APTIK merasa perlu agar diadakan sebuah event ekologis setiap tahun, secara khusus pada setiap tanggal 4 Oktober. Ini adalah tanggal kita merayakan hari St. Fransiskus, sebagai sumber inspirasi gerakan cinta lingkungan. Pada tanggal ini juga Paus Fransiskus merilis action plan yang perlu diambil oleh umat Katolik seluruh dunia. Dan dalam gerakan yang sama, pada tanggal ini juga PT APTIK dapat secara bersama-sama mengembangkan konsientisasi ekologis sebagai bagian tak terpisahkan dari kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdiannya kepada masyarakat di Indonesia dalam sebuah kolokium.

Tujuan utama dari kolokium ekologis tersebut adalah:

  • Menyatukan pemahaman tentang ekologi integral sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat PT APTIK
  • Meningkatkan pemahaman atas masalah-masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh pengembangan teknologi, politik, dan pasar.
  • Menemukan model-model action plan sebagai jawaban konstruktif atas masalah-masalah lingkungan.
  • Menumbuhkan refleksi atas kegiatan-kegiatan cinta lingkungan sebagai langkah untuk mendekatkan kita dengan bumi sebagai rumah bersama.

Berdasarkan latar belakang dan tujuan umum di atas, tahun 2021, Gugus Tugas APTIK akan mengadakan kolokium dengan tema APTIK CINTA LINGKUNGAN. Kolokium tersebut akan akan diadakan pada:

Hari/tanggal       : Senin, 4 Oktober 2021
Waktu                   : 17.00-19.30
Link Zoom           : Meeting ID: 857 3260 3863   Passcode: 658948

Kolokium tersebut diharapkan dihadiri oleh pimpinan PT, pimpinan LPPM dan Campus Ministry, Bidang Kemahasiswaan, para dosen, dan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan lingkungan hidup dan kegiatan campus ministry/pastoral mahasiswa

Mohon agar dapat melakukan registrasi di: https://tinyurl.com/WebEkologi paling lambat Minggu, 3 Oktober 2021

Read More

KAMPUS MERDEKA DAN OTONOMI PERGURUAN TINGGI

Respon APTIK terhadap Implementasi Kebijakan MBKM

Tulisan ini merupakan respon Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) terhadap implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka, dalam Diskusi APTIK dengan tema: “Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM): Dari Filosofis Hingga Praktis” tanggal 7 Mei 2021 yang dirumuskan oleh Tim Pusat Kajian Pendidikan Tinggi Indonesia APTIK dan disepakati bersama Forum Rektor APTIK

 

Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) telah diluncurkan pada awal tahun 2020, dan pada tahun 2021 ini program-program dari kebijakan tersebut, khususnya terkait Program Hak Belajar Tiga Semester di Luar Program Studi, telah banyak digulirkan. Di berbagai media pemerintah telah gencar mempromosikan berbagai program tersebut lengkap dengan beragam mekanisme termasuk ekuivalensi sks dalam kurikulum di program studi.

Tak dipungkiri, program yang nampak begitu progresif ini telah membuat banyak perguruan tinggi ‘terengah-engah’ mengikutinya saat beberapa mahasiswa menunjukkan antusiasme merespon tawaran program-program tersebut. Muncul persis di saat menjelang terjadinya pandemi covid-19 yang mengharuskan perguruan tinggi segera bermigrasi ke dunia serba digital, kiranya menjadikan kebijakan MBKM seolah ditantang kelenturan dan ketangguhannya untuk tetap lenting dalam berbagai situasi. Meski baru dalam jumlah yang sangat kecil, pengalaman mengelola kesertaan mahasiswa dalam program-program yang digelar kemdikbudristek tersebut kiranya cukup menyita banyak energi. Ketika perguruan tinggi seakan belum ‘sadar betul’ dengan arus yang tengah datang, sementara permintaan rekomendasi mengikuti berbagai program MBKM dari mahasiswa sudah di depan mata, maka tak ada pilihan lain selain menjalankan seraya mengimani bahwa program-program yang belum sepenuhnya terintegrasi dengan manis dalam kurikulum prodi ini, kelak akan berdampak positif bagi tujuan pendidikan yang lebih luas.

Dengan kata lain, memulai dari menenggelamkan diri dalam praktek di lapangan untuk kemudian baru dilanjutkan membuat desain konseptual yang lebih terstruktur setelahnya, tampaknya menjadi hal paling realistis yang dapat dilakukan. “Selamat datang di alam ketidakpastian, selamat mengkonstruksi kebijakan dari lapangan”. Mungkin begitulah slogan yang paling pas saat ini, sebagaimana sebenarnya sudah sering diwacanakan dalam setiap kesempatan pertemuan penting di perguruan tinggi maupun dipidatokan di depan para mahasiswa sebagai pemilik masa depan yang konon susah diprediksi.

Dalam ilmu pendidikan, kiranya kita meyakini bahwa pengalaman adalah guru yang paling sempurna. Kebijakan belajar di luar program studi menganut prinsip tersebut, sehingga diharapkan konstruksi pengetahuan dapat dibuat oleh para mahasiswa. Realitas kondisi lingkungan dan budaya dengan segala keberagaman yang ada di Indonesia maupun manca negara merupakan harta yang sangat berharga sebagai pintu masuk mencapai pengetahuan, keterampilan, serta kebijaksanaan sejati. Apapun pengalaman yang dirasakan mahasiswa ketika berada di luar sarang program studi kiranya dapat berkontribusi membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang penuh, sebagaimana dicita-citakan dalam undang-undang pendidikan nasional.

Tentu, idealisme tentang bagaimana pengetahuan dikonstruksi agar melekat abadi dalam memori mahasiswa, benar-benar sejalan dengan rangkaian program dalam kebijakan tersebut. Namun demikian, ada satu asumsi yang seharusnya dipenuhi, yaitu kesiapan para dosen, pengelola program, sistem pendidikan, serta sumber daya non manusiawi lainnya, yang melekat dalam diri para mahasiswa kita. Ketika yang ideal bertemu dengan kenyataan di lapangan, diperlukan mediasi untuk mendamaikan keduanya.

Pergulatannya adalah, kebebasan memilih dan mengkonstruksi pengetahuan yang didaraskan dalam kebijakan MBKM, sudahkah didamaikan dengan keleluasaan dalam mengoperasionalkan pelaksanaannya? Mediasi yang tepat kiranya diperlukan agar semakin optimal tercapainya tujuan ideal dibalik kebijakan tersebut.

Berdasar pandangan tersebut, maka ada dua hal yang kami anggap paling baik untuk dilakukan, yang kami rangkum dalam kalimat ‘kuat di dalam dan lentur ke luar’. Kuat ke dalam dialamatkan pada penguatan kesiapan para pihak yang terlibat dalam menyambut program-program MBKM, sedangkan lentur ke luar diarahkan pada masukan terhadap bagaimana mekanisme implementasi program bisa lebih adaptif terhadap realitas keberagaman perguruan tinggi yang ada di Indonesia.

KUAT DI DALAM

Menyadari adanya kebaikan yang terkandung dari kebijakan MBKM demi peningkatan kualitas pendidikan tinggi Indonesia, sekaligus beberapa kekurangjelasan yang ditemukan di dalamnya, baik dari sisi kurang kuatnya landasan serta kesenjangan antara idealisme dengan realitas keberagaman kultural dan pelaku pendidikan tinggi Indonesia, maka strategi yang paling optimal dapat dilakukan adalah beradaptasi dengan keadaan. Bentuk adaptasi yang dirasa paling bermanfaat adalah membekali diri dengan aneka pengetahuan dan keterampilan sebagai pendidik dan pembelajar tanggap jaman. Oleh karena itu, berbagai penguatan internal yang dapat dilakukan adalah :

  1. Perguruan tinggi perlu secara terus-menerus menggali, menemukan, dan membawa dalam kesadaran tentang hakekat dan tujuan pendidikan tinggi serta spirit nilai-nilai universitas, dalam semua proses pendidikan, mulai dari perencanaan program, pengelolaan kebijakan,pelaksanaan, hingga evaluasi hasil pendidikan, terlepas dari apapun kebijakan dari luar yang tengah dihadirkan
  2. Terhadap pelaksanaan Kebijakan MBKM, khususnya Program Hak Belajar Tiga Semester di Luar Program Studi, perguruan tinggi diharapkan mampu memberikan landasan pembelajaran yang kuat serta memberi corak yang khas sebagai penciri masing-masing perguruan tinggi atas delapan bentuk kegiatan yang dicanangkan. Bentuk paling konkrit yang perlu dilakukan adalah merevitalisasi kurikulum program studi agar menjadi lebih komprehensif dan memiliki landasan kuat bagi program-program MBKM.
  3. Perguruan tinggi perlu melakukan berbagai pelatihan dan pengembangan dalam rangka peningkatan kualitas SDM (para pengelola prodi, fakultas, perguruan tinggi serta dosen), baik dalam aspek mental seperti keterbukaan pikiran, kesiapan berubah, dan keberanian berdiskresi, maupun aspek keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan pengetahuan yang pesat dengan segala disrupsi yang muncul. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan hendaknya menjadi bagian dari sistem tata Kelola di perguruan tinggi, sehingga kegiatan MBKM dapat terjamin pelaksanaannya, rapi dokumentasinya, serta dapat dievaluasi dengan tepat.
  4. Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan program belajar di luar program studi, perguruan tinggi di Indonesia perlu melakukan sinergi dan kolaborasi dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) yang memiliki keselarasan visi dasar dengan perguruan tinggi serta mampu menjadi komunitas pembelajar yang turut andil memberi pengalaman belajar demi perkembangan mahasiswa, selain memperkuat sinergi internal antar PT yang sudah ada selama ini

LENTUR KE LUAR

Salah satu kekayaan sekaligus faktor yang riskan menimbulkan perpecahan adalah keberagaman yang ada di Indonesia. Sungguh Indonesia negeri yang kaya. Tidak hanya bentangan pulau-pulau dengan karakteristik unik masing-masing, tapi juga budaya dan kebijaksanaan lokal yang diwariskan pada leluhur, telah mencetak beraneka ragam kecenderungan cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku dari para manusia yang ada didalamnya. Jika diberi kesempatan untuk saling berinteraksi kiranya keberagaman ini akan mampu memekarkan setiap pribadi di dalamnya. Keberagaman tersebut juga termasuk keberagaman perguruan tinggi. Selain terbagi dalam Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), tiap jenis PT tersebut masih terbagi dalam berbagai golongan,
baik yang secara formal di-kotak-kan oleh pemerintah, maupun yang secara informal mengelompokkan diri. Tentu, keberagaman PT yang ada di Indonesia itu terbentuk oleh perbedaan berbagai aspek mulai dari keberadaan gedung kuliah secara fisik beserta sarana prasarananya, ‘kekayaan’ finansial yang menghidupi perguruan tinggi secara operasional, kualitas intelektual dan mental para tenaga pendidik dan kependidikan, input mahasiswa, ‘kuasa’ dari ‘sang empunya’ perguruan tinggi, serta aspek-aspek lain yang menjadi penentu kualitas lulusan dan reputasi perguruan tinggi di luar.

Realitas yang ada tersebut seyogyanya berdampak pada kelenturan dalam menanggapi kebijakan pemerintah. Ketegangan yang mungkin terjadi adalah, bagaimana pemangku kebijakan dapat melindungi masyarakat jika tidak ada kontrol berupa standar yang sama terhadap semua perguruan tinggi yang berpraktek di Indonesia? Pertanyaan ini tentu sulit dijawab, namun sebagai sebuah eksperimen kebijakan yang relatif baru dalam sejarah kementerian pendidikan di Indonesia, kiranya baik adanya jika kita juga bereksperimen dalam pengelolaannya.

Dengan prinsip pengalaman adalah harta yang paling berharga, dan pengalaman tidak pernah berkasta, maka tersemat harapan terhadap keterbukaan pemerintah dalam membiarkan para perguruan tinggi melenturkan diri sembari mencari jalan yang paling pas dengan situasi kondisi masing-masing untuk menyasar tujuan yang sama. Secara lebih operasional kelenturan yang diharapkan mencakup:

  1. Penyelarasan antar butir-butir yang ada dalam kebijakan, dari segi perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi ketercapaian tujuan, sehingga terjamin proses utuh usaha mencetak lulusan perguruan tinggi sebagai sumber daya yang handal di masa depan,
  2. Pemberian kepercayaan dan kemerdekaan bagi perguruan tinggi dalam mengelola program-program yang ada, supaya lebih kontekstual dengan keberagaman situasi dan kondisi di dalamnya, dengan tetap berpegang pada esensi dari tiap program, sebagaimana semangat yang tersirat dalam MBKM. Pelaksanaan program MBKM hendaknya didasarkan pada paradigma otonomi perguruan tinggi,
  3. Efisiensi birokrasi dan administrasi dalam aneka aspek perguruan tinggi, baik dalam urusan kemahasiswaan, pengembangan kualitas dosen, serta rekognisi program studi dan perguruan tinggi.

 

Dr. Titik Kristiyani, M. Psi.
Ketua Pusat Kajian Pendidikan Tinggi Indonesia
Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK)

Read More

WEBINAR HARI STUDI APTIK 2021

Dalam rangka Hari Studi APTIK (HSA) 2021, yang bertema Pendidikan Tinggi Katolik di Persimpangan: Respon APTIK Terhadap Persoalan Humanisme (Kemanusiaan), Ekologi dan Pendidikan, maka APTIK akan menyelenggarakan rangkaian webinar yang mengundang para pakar untuk berdiskusi tentang beberapa topik yang sangat erat kaitannya dengan tema tersebut. Peserta HSA akan berdiskusi untuk memperdalam dan mempertajam pemahaman pada topik-topik penting tersebut agar mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang tepat terkait situasi, tantangan dan peluang yang dihadapi pendidikan tinggi Katolik saat ini.

Hari Studi APTIK 2021 ini merupakan forum untuk mendiskusikan respon APTIK secara terencana dan kolaboratif di dalam menjawab persoalan-persoalan terkini kemanusiaan, ekologi dan pendidikan yang muncul dalam peradaban di era pandemi. Forum ini juga merupakan bentuk kesepahaman dengan Gereja Katolik Universal dengan mendukung dan berkontribusi pada keprihatinan dan tema-tema besar yang menjadi perhatian Gereja dalam kepemimpinan Paus Fransiskus tentang tiga hal di atas.

Untuk keikutsertaan webinar, dapat segera melakukan registrasi pada link di bawah ini. Peserta diminta untuk berpartisipasi di semua webinar agar dapat berdiskusi dan berbagi gagasan demi kemajuan APTIK

 

Topik-Topik Webinar

Gereja Katolik Merespon Persoalan Kemanusiaan, Ekonomi dan Lingkungan

Kamis, 16 September 2021, 09.00 – 12.00 WIB
Narasumber:
Dr. Krispurwana Cahyadi, SJ, Pusat Spiritualitas Girisonta – Membangun Dunia Baru: Gagasan Paus Fransiskus dalam Menjawab Krisis Kemanusiaan, Ekonomi dan Ekologi

Transformasi Perguruan Tinggi di Era Ketidakpastian

Kamis, 23 September 2021, 09.00 – 12.00 WIB
Narasumber:
Dr. Agus Suwignyo, M.A,  Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada – Pandemi, Teknologi dan Transformasi Paradigmatik Pendidikan Tinggi
Prof. Badri Munir Sukoco SE., MBA., Ph.D., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga –Perguruan Tinggi: Riset, Inovasi dan Tanggungjawab Sosial

Riset dan Inovasi Nasional

Kamis, 30 September 2021, 09.00 – 12.00 WIB
Narasumber:
Dr. Laksana Tri Handoko, M.Sc., Kepala BRIN – Ekosistem Riset dan Inovasi Nasional (dalam konfirmasi)
Dr. Sastia Prama Putri, Peneliti, Departemen Bioteknologi, Fakultas Teknik Osaka University – Membangun Indonesia lewat Riset dan Inovasi (dalam konfirmasi)

Masa Depan dan Tantangan Demokrasi dan Sosial Ekonomi Indonesia

Kamis, 7 Oktober 2021, 09.00 – 12.00 WIB
Narasumber:
Burhanuddin Muhtadi, M.A., Ph.D., Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia – Masa Depan Demokrasi Indonesia
Agustinus Prasetyantoko, Ph.D., Unika Atma Jaya – Transformasi Sosial Ekonomi Indonesia: Tantangan dan Arah ke Depan

Registrasi

https://tinyurl.com/WebinarAPTIK2021

Batas registrasi: 13 September 2021

Read More

Program Kuliah Daring APTIK

Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) kembali membuka pendaftaran bagi seluruh mahasiswa yang tergabung dalam Perguruan Tinggi APTIK (PT APTIK) untuk ikut serta dalam Program Kolaborasi Pembelajaran Daring Lintas Perguruan Tinggi APTIK.

Dengan kolaborasi ini, APTIK ingin membangun sebuah ekosistem pembelajaran yang luas di mana setiap mahasiswa PT APTIK bisa mendapatkan kesempatan dan pengalaman pembelajaran dari PT APTIK di mana pun. Kolaborasi ini diharapkan juga mengembangkan pengalaman mengajar dari para dosen dan tentunya juga membuka kolaborasi yang lebih luas di antara PT APTIK.
Kolaborasi pembelajaran daring dalam Program Kampus Merdeka APTIK ini terbuka untuk semua mahasiswa PT APTIK. Dalam laman Kampus Merdeka APTIK, setiap mahasiswa bisa melihat mata kuliah yang ditawarkan dari setiap PT APTIK dan bisa mendaftar, tentu setelah berkonsultasi dengan perguruan tingginya masing-masing.
Untuk lebih lanjut silakan kunjungi https://kampusmerdeka.aptik.or.id
Read More

Call for Papers: The 2nd APTIK International Conference on Poverty and Environment (2AIC)



The 2nd APTIK International Conference on Poverty and Environment (2AIC)
Virtual Conference (Online) – November 19-20, 2021

CALL FOR PAPERS

“A Sustainable Recovery for People and the Environment”

 

Keynote Speakers:

1. Prof. Dr. Johanis Ohoitimur
(Rector of Catholic University of De La Salle Manado)
2. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D.
(Rector of Sanata Dharma University Yogyakarta)

Invited Speakers:

1. Br. Armin Luistro, FSC.
(Visitor of Lasallian East Asia District De La Salle University, Manila, Philippines.)
2. Dr. James Krejci
(Lewis University, Illinois, USA.)
3. Dr. Philipus Tule
(Rector of Catholic University of Widya Mandira Kupang)
4. Martin Kao, Ph.D.
(Providence University, Taichung City, Taiwan.)

Important Dates:

– Abstract Submission: July 15, 2021
– Abstract Acceptance Announcement: August 2, 2021
– Early Bird Registration: August 2 – September 1, 2021
– Full Paper Submission: August 26, 2021
– Full Paper Announcement: September 25, 2021
– Registration: September 25 – October 31, 2021
– Main Conference: November 19-20, 2021

Authors are invited to submit full papers describing original research work in areas including, but are not limited to:
– Environment
– Green and Renewable Energy
– Social, Economics and Humanities
– Disaster Prevention and Mitigation
– Poverty
– Health and Education
– ICT
– COVID-19 Pandemic and Recovery Strategies


Register Herehttps://ukdlsm.ac.id/2aic-daftar

All Abstracts and Full Papers must be submitted online at: https://lppm.unikadelasalle.ac.id/submit/2aic/login

All the registered and presented papers will be published in Conference Proceedings with ISBN and selected papers will be published in Scopus Indexed Journal.


Contact us:
– Website: https://lppm.unikadelasalle.ac.id/2aic/
– E-mail: 2aic@unikadelasalle.ac.id
– HP/WhatsApp:
1. (Mrs. Helena) +62-821-8960-7983
2. (Ms. Vina) +62-897-9600-180

Read More

Pengumuman Penerima Hibah APTIK untuk Dana Penelitian/Conference Studi Doktoral

Dalam rangka mendukung perkembangan sumber daya dosen berkualifikasi S3 yang bermutu dan untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi APTIK, APTIK telah melakukan seleksi bagi para dosen anggota APTIK yang sedang studi doktoral dan telah mengajukan aplikasi untuk mendapatkan hibah dana penelitian/conference. Dana hibah yang diberikan adalah sebesar Rp. 10.000.000 untuk masing-masing 8 (delapan) orang dosen.

Berikut ini adalah nama pada dosen perguruan tinggi anggota APTIK yang mendapatkan Hibah Dana Penelitian/S3 APTIK 2021:

Theresia Diyah Wulandari (Universitas Atma Jaya Yogyakarta)
Andy Chandra (Unika Parahyangan)
Katharina Ardanareswari (Unika Soegijapranata)
Finsensius Yuli Purnama (Unika Widya Mandala Surabaya)
Aries Kamolan (Universitas Atma Jaya Makassar)
Annastasia S. Lamonge (Unika De La Salle Manado)
Patri Janson Silaban (Unika Santo Thomas)
Heronimus Delu Pingge (STKIP Weetebula)

Untuk proses selanjutnya, para penerima akan dihubungi melalui email oleh Sekretariat APTIK.

Read More

WEBINAR APTIK: TANTANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN APTIK YANG BERMUTU DAN RELEVAN

Dalam rangka menjawab tantangan pendidikan ilmu kesehatan yang tidaklah mudah, perubahan regulasi dan kurikulum pendidikan, serta situasi pandemi yang akan terus mewarnai peradaban manusia, dan perlunya strategi dan perencanaan yang baik menjawab tantangan tersebut, APTIK bekerja sama dengan STIKES anggota APTIK akan mengadakan webinar pada:

Hari/Tanggal      : Jumat, 25 Juni 2021
Waktu                   : 09.00-12.00 WIB
Tempat                 : ZOOM Meeting
Registrasi             : https://s.id/webkes256

 


NARASUMBER:

1. Kurikulum Pendidikan Keperawatan 2021

Oleh: Dewi Prabawati, MAN., DNSc

Kurikulum Ners 2021 merupakan kurikulum yang mengakomodir perubahan IPTEKS dan kebijakan pemerintah saat ini. Terdapat beberapa perubahan seperti berkurangnya masa studi Ners dan perubahan Mata kuliah sebagai evaluasi dari stake holder, lulusan dan hasil studi banding dari dalam dan luar negeri. Semua ini berdampak bagi masing-masing institusi untuk dapat menyiapkan kurikulum yang dapat mengakomodir perubahan tersebut.

 

2. Kesiapan Pendidikan Tinggi Keperawatan APTIK Menghadapi Akreditasi 9 Kriteria

 Oleh: Ns. Justina Purwarini, Sp.Mat., DNSc

Akreditasi merupakan kegiatan penilaian untuk menentukan kelayakan Perguruan Tinggi dan Program Studi. Kebijakan tentang akreditasi diatur dalam Permendikbud No. 5 tahun 2020 tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi. Kebijakan ini mengatur berbagai hal seperti jangka waktu akreditasi, akreditasi ulang dan pengembangan instrument akreditasi PS yang dilakukan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Saat ini LAM PT Kes menggunakan instrumen akreditasi terbaru yaitu 9 kriteria. Pelaksanaan akreditasi dilakukan secara online untuk proses pengajuan dan asesmen kecukupan, dan tatap muka untuk asesmen lapangan.

Asesmen lapangan pada kondisi Pandemi Covid-19 yang saat ini terjadi di dunia dan Indonesia sangat beresiko jika tetap dilakukan tanpa persiapan secara komprehensif sesuai protokol kesehatan. Pandemi Covid-19 juga berdampak terhadap penyelenggaraan kegiatan pendidikan, pelayanan kepada masyarakat dan penelitian di perguruan tinggi khususnya program studi keperawatan. Penyelenggaraan Tri Dharma PT yang sebelumnya dilakukan secara tatap langsung, sekarang diharuskan untuk lebih banyak dilakukan secara online. Kondisi ini berdampak terhadap kegiatan evaluasi banyak yang tidak sesuai dengan yang direncanakan pada awal pembelajaran, materi belajar online belum sesuai dengan seharusnya, pencapaian kompetensi klinik yang sulit untuk diverfifikasi, begitupun untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan penelitian yang banyak menggunakan survei online.

Read More

APTIK Gelar Workshop Strategi Peningkatan Kinerja Mahasiswa

Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) melalui Jaringan Kemahasiswaan (JAKA) APTIK menggelar Workshop Strategi Peningkatan Kinerja Mahasiswa, secara daring Jumat (16/05/2021). Workshop daring ini memiliki tema “Strategi Peningkatan Kinerja Kemahasiswaan Perguruan Tinggi APTIK melalui Simkatmawa”. Ketua JAKA APTIK sekaligus Rektor UAJY, Prof. Yoyong Arfiadi, M.Eng., Ph.D. dalam sambutannya mengungkapkan harapan dari diadakannya workshop. Yoyong berharap dari diadakannya workshop, kegiatan kemahasiswaan menjadi lebih terarah bagi pendidikan mahasiswa. “Harapannya setelah mendengarkan dari para pakar, kegiatan kemahasiswaan nantinya dapat lebih optimal dan pada akhirnya lulusan kita dapat berkontribusi pada bangsa, masyarakat, serta lingkungan.” papar Prof. Yoyong.

Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan Universitas Atma Jaya, Bapak Pupung Arifin, S.Sos., M.Si. Turut berpartisipasi menjadi moderator sepanjang acara. Pada workshop ini, terdapat dua pembicara yakni Wakil Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang sekaligus bagian dari tim Simkatmawa Direktorat Kemahasiswaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Dr. Parmin, S.Pd., M.Pd. Sebagai pembicara pertama. Selain itu narasumber kedua adalah Prof. Dr. Ir. Paulus Sukapto, MBA. seorang Guru Besar di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung.

Dr. Parmin menjelaskan tentang aspek kelembagaan kemahasiswaan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang harus ada di lembaga pendidikan. Aspek tersebut meliputi: kebijakan MBKM, regulasi pembinaan mahasiswa, beasiswa/bantuan biaya pendidikan, layanan kesehatan, konseling mahasiswa, program pembinaan kewirausahaan mahasiswa, serta pengembangan pusat karier. “Sebagai lembaga pendidikan tidak ada alasan untuk tidak bisa menyediakan, lembaga harus bisa totalitas. Hal itu agar menghindari mahasiswa tidak siap setelah lulus kuliah.” tuturnya

Prof. Sukapto, sebagai pembicara kedua berbagi tentang strategi yang telah dilakukan oleh UNPAR terkait dengan Simkatmawa. “Salah satu strategi agar mendukung kreativitas mahasiswa adalah dengan membuat program seperti magang, Kuliah Kerja Nyata (KKN), serta program pembinaan lain.” ungkap Prof. Sukapto.

Read More