Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun 2021, Pusat Kajian Pendidikan Tinggi Indonesia (PKPTI) Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) melaksanakan kegiatan diskusi dengan tema “Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM): Dari Filosofis Hingga Praktis”. Acara ini diselenggarakan melalui dua cara, yaitu luring dari Ruang Seminar Driyarkara Universitas Sanata Dharma, dan daring melalui aplikasi zoom serta disiarkan langsung melalui kanal YouTube Humas USD. Diskusi ini dilatarbelakangi oleh munculnya kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka di perguruan tinggi Indonesia pada tahun 2020 lalu. Melalui diskusi beberapa kali sebelumnya dengan para anggota PKPTI APTIK, pilihan format diskusi APTIK 2021 ini adalah model talkshow, yang langsung dipandu oleh moderator, tanpa ada nara sumber khusus yang mengungkapkan gagasannya. Dengan demikian, semua peserta diskusi memiliki porsi yang sama untuk mengungkapkan gagasannya.

Diskusi diawali dengan pengantar oleh Dr. Titik Kristiyani, M.Psi, Psikolog selaku Ketua PKPTI APTIK dengan penjelasan mengenai tujuan yang hendak dicapai dalam diskusi ini. Dalam pengantar disebutkan bahwa target kegiatan diskusi APTIK adalah menghasilkan model implementasi kebijakan MBKM yang kontekstual bagi perguruan tinggi anggota APTIK. Dengan tetap menjunjung tinggi identitas sebagai perguruan tinggi katolik, diskusi yang diikuti para pimpinan dan dosen perguruan tinggi anggota APTIK ini, diharapkan menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab bersama untuk secara serius memikirkan pendidikan Indonesia melalui kebijakan-kebijakan yang ada, mulai dari mengkaji filosofis hingga implementasi praktisnya. Untuk memaksimalkan diskusi APTIK 2021 ini, beberapa bulan sebelumnya sudah dilakukan rangkaian pra diskusi guna menghimpun aneka gagasan. Rangkaian tersebut meliputi : (1) undangan menulis gagasan tentang MBKM dari aspek filosofis, subtansi kebijakan, dan implementatif ke semua pimpinan dan dosen PT anggota APTIK; (2) survei pemahaman dan sikap terhadap MBKM dengan responden mahasiswa dan dosen di PT anggota APTIK; serta (3) mengirimkan pertanyaan-pertanyaan seputar Kebijakan MBKM kepada pimpinan PT anggota APTIK. Tanggapan gagasan pra diskusi dikumpulkan dalam Buku Program Diskusi APTIK 2021 yang digunakan sebagai bahan selama diskusi.

Diskusi APTIK 2021 ini dilakukan dalam tiga putaran. Putaran pertama membahas tentang aspek filosofis dari Kebijakan MBKM. Putaran ini dipandu oleh Prof. Dr. Ir. Y. Budi Widianarko, M.Sc. , guru besar Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan anggota PKPTI APTIK. Dalam diskusi putaran pertama ini, diperoleh kesimpulan bahwa MBKM memuat nilai yang baik dan sesuai dengan Ex Corde Ecclesiae (ECE). ECE memiliki peluang untuk membuat semacam MBKM APTIK. Ada dua persoalan mendasar MBKM, pertama soal pragmatis dan kedua soal kemandirian (otonomi). DUDI hanya sekadar sarana yang memicu PT agar menjadi lebih transformatif. Penguatan kolaborasi dalam payung APTIK amat penting, misalnya dengan penguatan renstra dan identifikasi kekhasan masing-masing PT.

Diskusi putaran kedua membahas tentang aspek substansi kebijakan dari MBKM, yang dipandu oleh Dr. V. Luluk Prijambodo, M.Pd. dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang juga sekretaris PKPTI APTIK. Kesimpulan dari putaran kedua ini adalah MBKM harus dipandang sebagai peluang untuk memperbaiki kurikulum dan profil lulusan. Maka, yang bisa dilakukan adalah mencari benefits dari apa yang ada. Dalam sesi ini juga ada penekanan pada perlunya prodi memiliki kemerdekaan sebagai key agent untuk pengelolaan kurikulum dan SDM. Selain itu juga penekanan kembali perlunya internalisasi ECE sebagai lokomotif perubahan dalam diri seluruh dosen di PT anggota APTIK.

Diskusi putaran ketiga dipimpin oleh Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psikolog dari Universitas Sanata Dharma, yang juga sebagai ketua PKPTI APTIK. Putaran ketiga ini membahas tentang aspek implementatif dari Kebijakan MBKM. Diskusi diawali dengan pemaparan hasil survei yang telah dilakukan pada mahasiswa dan dosen di PT anggota APTIK. Survei yang masih berupa deskripsi yang perlu diolah lebih lanjut ini memiliki responden 114 dosen dan 559 mahasiswa. Kesimpulan dari putaran ketiga ini adalah berbagai pendorong implementasi MBKM meliputi fleksibilitas mental, keberanian keluar dari zona nyaman, kemitraan dan kolaborasi yang produktif, kesepemahaman mengenai tujuan program MBKM antara PT dan DUDI, serta dukungan teknologi dapat mendorong implementasi MBKM. Sementara, penghambat/ tantangan implementasi MBKM adalah kesiapan sumber daya dan berbagai sistem pengelolaan yang perlu segera diupayakan di internal PT. Di akhir acara ketua PKPTI APTIK mengungkapkan bahwa diskusi ini perlu ditindaklanjuti lebih lanjut untuk merumuskan gagasan yang lebih komprehensif dari semua yang muncul dalam diskusi APTIK 7 Mei 2021 ini. (YTK)